Umumnya pemberian air yang dipraktekkan petani pada padi sawah irigasi adalah bersama dengan digenangi terus menerus sehingga amat boros, penggunaan air berkisar antara 11.000-14.000 m3/ha pada musim kemarau (MK) dan 8.000-10.000 m3/ha pada musim hujan (MH). Selain tidak efisien, langkah ini termasuk berpotensi mengurangi
(1) efisiensi serapan hara nitrogen,
(2) menaikkan emisi gas metan ke atmosfer,
(3) dan menaikkan rembesan yang membuat makin banyak air irigasi yang dibutuhkan.
Teknik irit air pada padi sawah merupakan usaha untuk menekan kehilangan air dipetakan sawah untuk menjaga atau menaikkan hasil gabah per satuan luas dan volume air.
Pengurangan air akibat perkolasi, rembesan, dan aliran permukaan dapat menekan penggunaan air irigasi. Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena:
(1) bertambahnya penggunaan air untuk sektor industri dan rumah tangga,
(2) durasi curah hujan makin pendek akibat pergantian iklim,
(3) cadangan sumber air lokal termasuk berkurang, dan
(4) terjadinya pendangkalan waduk.
Penghematan air sawah irigasi diprioritaskan pada musim kemarau di aliran irigasi yang biasanya rawan kekeringan. Adapun alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah penentuan varietas dan metode pengelolaan air bersama dengan metode macak-macak, intermittent/ berselang, dan alternasi pengairan basah kering (PBK).
Dengan langkah ini areal sawah yang dapat diairi pada musim kemarau jadi 2 kali lebih luas. Prinsip teknologi irit air adalah mengurangi aliran yang tidak produktif seperti rembesan, perkolasi, dan evaporasi, serta pelihara aliran transpirasi. Hal berikut dapat dilakukan terasa waktu persiapan lahan, tanam, dan selama pertumbuhan tanaman.
Umur varietas padi sawah berpengaruh pada tingkat mengkonsumsi air dengan menggunakan water meter amico. Makin pendek atau genjah (90-100 hari) usia tanaman padi, makin sedikit keseluruhan mengkonsumsi air andaikata dibanding bersama dengan varietas padi sawah berumur lebih panjang (>125 hari). Ciri varietas padi sawah yang relatif toleran pada kekurangan air adalah dapat ditanam pada lahan sawah dan kering.
Penerapan penggunaan air irigasi beragam antara satu wilayah irigasi bersama dengan wilayah irigasi lain gara-gara perbedaan karakteristik distribusi curah hujan, kondisi infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kerawanan kekeringan, parameter fisika tanah, hidrologi lahan, teknik budidaya, langkah pengairan berasal dari petak ke petak, dan organisasi pemakai air.
Pengaturan air yang efisien dapatmeningkatkan intensitas tanam, mengurangi kebutuhan debit air 15 harian, dan mengurangi dampak kekeringan melalui:
Penerapan Pengairan Basah Kering
Penerapan Pengairan Basah Kering (PBK) adalah memonitor tinggi wajah air di lahan sawah bersama dengan komitmen seperti pembuatan sumur. Pemberian air dimulai pada waktu kondisi kering ketika permukaan tanah udah pecah-pecah atau waktu mendekati kapasitas lapang.
Kondisi ini dapat dicapai ketika kedalaman wajah air berada lebih kurang 15 cm berasal dari permukaan tanah, dan dapat dipantau menggunakan alat silinder berlubang yang dibenamkan sedalam lebih tidak cukup 20 cm berasal dari permukaan tanah.
Silinder berlubang dapat dibikin menggunakan paralon atau bambu berdiameter 10-15 cm, dilubangi selama 20 cm, bersama dengan jarak dan diameter lubang masing-masing 2-5 cm dan 0,5 cm, sehingga panjang alat keseluruhan 30-35 cm. Bagian berlubang dibenam dan 10-15 cm sisanya di atas permukaan tanah. Untuk mempermudah waktu monitoring ketinggian air didalam silinder, paralon dapat dipasang di sudut petakan dekat pematang.
Silinder berlubang terbuat berasal dari paralon dan langkah monitoring ketinggian air
Cara pemasangan paralon pemantauan wajah air dan waktu pengairan yaitu:
1) tekan paralon vertikal sedalam 20 cm berasal dari permukaan tanah menggunakan martil,
2) keluarkan semua isi tanah di didalam paralon,
3) ukur kedalaman wajah air secara periodik, dan
4) kecuali wajah air di bawah permukaan tanah udah mencapai 15 cm, pada waktu itu tanaman langsung diairi. Jumlah paralon yang diperlukan tergantung berasal dari topografi lahan, pada lahan yang datar paralon dapat dipasang di tiap sudut petakan.
Pada waktu memasukkan air, tinggi genangan lebih kurang 5-10 cm, tergantung fase pertumbuhan tanaman. Makin tua usia tanaman genangan air makin dalam. Namun demikian pada waktu pemupukan kondisi lahan kudu dibikin macak-macak dan 10 hari menjelang panen lahan dikeringkan.
Dengan langkah intermitten ini kebutuhan air dapat dihemat 10-15% dibandingkan langkah digenang terus. Keuntungan lain berasal dari langkah ini dapat mencegah keracunan besi, asam organik, dan gas H2S, serta tanaman tidak mudah rebah gara-gara jangkauan akar lebih dalam.
Teknologi ini udah diadaptasi di negara-negara penghasil padi seperti China, India, Philipina, dan Indonesia. Secara umum, penggunaan teknologi ini tidak membuat penurunan hasil yang penting dan dapat menaikkan produktivitas air.
Pengairan berselang
Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan didalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk: menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi jadi lebih luas, memberi kesempatan pada akar tanaman untuk beroleh hawa sehingga dapat berkembang lebih dalam, mengurangi munculnya keracunan besi, mengurangi penimbunan asam organik dan hidrogen sulfida (H2S) yang mencegah pertumbuhan akar, mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat, mengurangi kerebahan, mengurangi kuantitas anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah), menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen, memudahkan pembenaman pupuk ke didalam tanah (lapisan olah), memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, serta mengurangi rusaknya tanaman padi gara-gara hama tikus. Cara pengelolaan air bersama dengan pengairan berselang adalah sebagai berikut:
Lakukan teknik pergiliran pengairan didalam satu musim tanam. Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah dialiri lagi sesudah 3-4 hari. Pengelolaan air selanjutnya diatur sebagai berikut: Lakukan pergiliran air selang 3 hari. Tinggi genangan pada hari pertama lahan diairi lebih kurang 3 cm dan selama 2 hari seterusnya tidak ada penambahan air.
Lahan sawah diairi lagi pada hari ke 4. Cara pengairan ini terjadi sampai fase anakan maksimal. Mulai berasal dari fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sekitar 10-15 hari sebelum tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan. Lakukan pengairan berdasar ketersediaan air. Perhatikan ketersediaan air selama musim tanam. Apabila sumber air tidak lumayan menjamin selama satu musim, maka jalankan pengairan bergilir bersama dengan periode lebih lama sampai selang 5 hari.
Lakukan pengairan bersama dengan mempertimbangkan ciri-ciri fisik tanah. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan kudu diperpendek.
Infrastruktur Irigasi
Pada biasanya sumber irigasi lahan sawah berasal berasal dari saluran irigasi tersier, tetapi di beberapa wilayah kerap terkandung keterbatasan ketersediaan air berasal dari saluran tersier yang disebabkan oleh rusaknya jaringan irigasi dan alokasi air yang tidak proporsional. Dalam perihal ini sawah yang terkandung di bagian hilir mendapat pembagian air yang lebih sedikit dibandingkan bagian hulu.
Oleh gara-gara itu, di beberapa wilayah terkandung sumber irigasi suplementer seperti embung, dam parit, long storage, dan sumur air tanah dangkal yang dapat dimanfaatkan di lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan.
Embung merupakan waduk mikro untuk memanen aliran permukaan dan curah hujan sebagai sumber irigasi suplementer di musim kemarau. Dam parit merupakan bangunan sumber air irigasi suplementer yang dibikin di alur sungai bersama dengan langkah membendung aliran air sungai dan mendistribusikannya ke lahan di sekitarnya.
Sedangkan long storage merupakan tampungan air berwujud saluran memanjang yang berfungsi menyimpan luapan air sungai/air saluran irigasi pada akhir musim hujan. Disamping ketiga bangunan irigasi berikut terkandung sumber air tanah dangkal yang dapat dibangun di didalam maupun di luar areal sawah. Untuk menaikkan efisiensi penggunaan air, sumber-sumber air irigasi suplementer berikut di atas dapat dimanfaatkan lewat teknik irigasi irit air.